Nelly kartina sosilawati

NELLY KARTINA SOSILAWATI SD NEGERI 26 TANJUNGPANDAN. BELITONG Jangan hanya menulis di waktu luang, tapi selalu meluangkan watu untuk menulis Salam literasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ayah Pasti Kembali
Gambar ilustrasi diambil dari google

Ayah Pasti Kembali

#tantangsngurusiana

#harike_79

Ayah Pasti Kembali

Oleh: Nelly Kartina S

Angin bertiup cukup kencang. Ini adalah angin barat. Pada musim ini banyak nelayan menambatkan perahu mereka tidak berani turun kelaut. Karena resiko cukup besar, gelombang pada musim barat terkadang sangat tinggi. Jadi pada musim ini nelayan banyak yang melakukan perbaikan pada perahu-perahu mereka.

Seorang anak terlihat duduk di onggokan dahan kayu Cemara yang patah di pinggir pantai . Tangan bersidekap melawan hawa dingin dari angin yang bertiup cukup kencang. Tak di hiraukannya nyamuk yang menggigit kulitnya. Hanya sesekali dia menggaruk kulitnya yang gatal karena gigitan nyamuk dan agas, Serangga kecil yang ada di pantai yang juga menghisap darah sama seperti nyamuk.

Pandangannya memandang jauh ke laut lepas.

“Pulanglah, Nak hari sudah mau gelap.” Terdengar suara seorang laki-laki menegurnya. Tapi Tegar tetap diam. Pandangannya tetap lurus ke depan. Dia seakan ingin menyibak gelombang yang terdengar gemuruh saat terhempas di bibir pantai.

“ Tidak mungkin, Ayahmu kembali...lihatlah gelombang begitu tinggi.” Suara laki-laki itu kembali terdengar.

“ Tidak! Ayahku pasti kembali! Dia sudah berjanji padaku...Dia akan selalu menjagaku, menemaniku belajar. Ayah tidak mungkin meninggalkanku.” Suara Tegar begitu yakin .

Dia tidak terpengaruh dengan nasehat laki- laki yang berdiri di sampingnya. Bahkan dia tidak tahu siapa yang sudah menegurnya. Kakinya memainkan pasir sehingga membentuk lobang kecil, dan saat gelombang menyapu bibir pantai lobang itupun terisi air laut. Namun dia tetap tak beranjak sedikitpun. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

Senja perlahan mulai meredup. Cahaya kemerahan perlahan mulai berganti gelap.

Sudah tiga hari Ayahnya pergi melaut. Rekan-rekannya yang berangkat pada waktu yang sama sudah kembali. Tapi mereka tak melihat perahu yang di gunakan Pak Din, Ayah Tegar.

Mereka sudah berusaha mencarinya. Tapi tak terlihat jejak apapun. Akhirnya mereka memutuskan menghentikan pencarian karena keadaan sangat berbahaya. Gelombang sangat tinggi.

Tegar hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah meninggal dunia ketika dia berusia dua tahun. Karena sakit sesak nafas. Kini usia Tegar sudah sepuluh tahun. Selama itu ayah lah yang merawatnya. Walau sebenarnya neneknya masih ada dan selalu mengajak tegar untuk tinggal bersamanya. Tapi Tegar tidak mau. Dia memang sangat dekat dengan ayahnya.

Dia sangat mandiri. Saat ayahnya melaut dia sendiri di rumah dan waktu ayahnya pulang melaut dia selalu menunggunya. Membantu menarik perahu dan menambatkannya di tiang pancang kemudian mereka berdua bersama pulang dan menjual hasil tangkapan Ayahnya.

Hatinya mulai bimbang. Raja kegelapan sudah menguasai alam. Tatapannya masih lurus ke depan di mana biasanya perahu ayahnya selalu terlihat. Tampak setitik cahaya di kejauhan. Dia merasa begitu gembira.

“ Itu Ayah! Itu pasti Ayah...apa kataku Ayah tak mungkin meninggalkanku! Dia akan selalu menjagaku !”

Tegar menoleh kesamping kearah suara yang menegurnya sejak tadi. Tapi tak terlihat siapapun. Bahkan tak ada jejak kaki di atas pasir.

Tegar merasa bingung siapa yang sudah menegurnya?

Tapi matanya kembali fokus kearah cahaya yang semakin mendekat. Terlihat lentera di perahu itu bergoyang tertiup angin. Tegar bangkit dari duduknya dan berlari menyongsong kearah cahaya. Semakin pasti sosok yang di sayanginya berdiri di muka perahu.

“Ayahhh!”

Tegar menghambur ke arah perahu yang sudah terseret di atas pasir. Ayahnya terjun dan menyongsong Tegar. Dua laki-laki yang saling menyayangi itu berpelukan melepaskan semua ketakutan.

“ Kenapa kamu masih di sini, Nak?”

laki-laki perkasa itu memeluk anaknya dengan erat. Dia tahu ada rasa takut kehilangan yang sangat besar.

“Aku tahu, Ayah pasti kembali...”

Katanya tergugu dalam tangis yang selama ini tertahan.

Warga banyak yang berdatangan. Mereka mencari Tegar yang tidak ada di rumah. Akhirnya mereka semua merasa gembira. Pak Din pulang dengan selamat. Tangis haru mewarnai gelapnya malam.

Pak Din bercerita bagaimana dia bisa selamat dari amukan angin dan gelombang. Dia berlindung di pulau kecil selama dua hari. Dan saat angin sudah agak reda baru dia memutuskan untuk kembali. Yang selalu diingatnya adalah Tegar.

Doa dan kekuatan cinta anak yang Sholeh bisa menyelamatkannya.

Beriringan mereka pulang. Rumah masih gelap karena lampu belum dinyalakan.

Tegar tidur dengan lelap dalam dekapan ayahnya yang dirindukan. Senyum tipis dalam tidurnya. Dia telah lelap dalam mimpi yang indah.

Belitung, 010420

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu. Aku pikir cerbung.

02 Apr
Balas

He he Ndak Bu

02 Apr

perasaan yg mengharu saatdia merindukan sosok ayahnya yg berkerja utk kelrga...jd ingat novel the old man and the sea, karya ernest hemingway yg pernah mendapat hadiah nobel di bidang sastra..luar biasa..salut bu..

03 Apr
Balas

Alhamdulillah ..woww sangat tersanjung ...terima kasih pak Eko

03 Apr

Keren.. berbakat...

02 Apr
Balas

Terima kasih ibu

03 Apr

penantian seorang anak yg cinta nya begitu besar pada ayah nya. salut

03 Apr
Balas

Sedih,mengadu emosi, sangat lihai memilih kata membuat suasana merindu dan mencekam

02 Apr
Balas

Terima kasih ibu...selalu hadir memberikan semangat padaku

02 Apr



search

New Post